Ramadhan kali ini sungguh berbeda bagi kami sekeluarga. Seingat saya sejak saya menikah dan anak-anak hadir, baru kali inilah saya menjalani Ramdhan yang sangat sepi. Bukan tidak pernah si Abang tidak bersama kami saat Ramadhan, tapi 2 anak sekaligus tidak di rumah saat Ramadhan memang baru tahun ini terjadi. Makanya saya menyebut Ramadhan kali ini dengan Ramadhan minimalis, dalam arti minimal orangnya.
Tanpa K lila dan Irham di rumah, suasana Ramadhan jadi lain. Ilman menjadi anak semata wayang...dan tiba-tiba saja dia menjadi lebih dewasa dari biasanya. Seringkali dia menasihati saya, saat saya tanpa sengaja berujar padanya:
’sepi sekali..ya..tanpa bang awam dan k lila ’.
’ You have to face it, mum. We are growing up. Sooner or later we may go away to study or to work or to start our own family..’ Itu komentar Ilman.
Nah..lo, siapa yang jadi orang tua ?
Karena jumlah oramgnya minimalis.., mau gak mau..saya juga jadi minimalis dalam menyiapkan makanan berbuka puasa. Kalau biasanya saya ketiban order dari 3 anak, tahun lalu dari 2 anak, maka tahun ini hanya Ilman yang punya order. Dan permintaannya gak susah-susah amat. Untuk berbuka dia paling suka ‘mango lassi’ buatan ayahnya dan gorengan seperti lumpia atau samosa buatan saya. Gak bosan setiap hari. Kalau teman nasi, goreng sosis atau dadar telur sudah cukup untuk Ilman. Cukup minimalis
Meskipun serba minimalis.., bukan berarti urusan ibadah jadi ikutan minimalis. Bukankan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan kesempatan kita menabung amal untuk kehidupan nanti ?
Banda Aceh, 7 September 2009
17 Ramadhan 1430 H