Wednesday, December 7, 2011
Ayo nulis lagi...!!
Tuesday, April 12, 2011
Dari bandara ke bandara...
‘Bandara memang tempat romantis untuk bertemu ya..’? Seorang teman pernah berkomentar atas status saya di FB. Sebenarnya kalimat ini bukan baru pertama kali saya dengar. Sebelumnya..beberapa orang teman juga pernah membagi cerita tentang perjumpaan mereka di bandara dengan sang pujaan hati pendamping hidup. Tapi kali ini.., saya tercenung. Bandara memang mempunyai arti tersendiri bagi saya, bukan mengandung arti romantis bertemu belahan jiwa, tapi lebih kepada perjalanan keluarga kami selama 21 tahun terakhir. Ya.., bandara seperti menyimpan cerita suka duka, simpang siur pertemuan dan perpisahan dalam keluarga.
Kalau ditarik lebih ke belakang lagi, sentuhan saya dengan bandara (Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh) mulai terjadi pada tahun 1982, saat saya diantar oleh keluarga untuk memulai perjalanan pertama saya dalam hidup merantau. Sejak itu bandara seperti menjadi bagian dalam kehidupan saya terutama setelah menikah dan punya tiga orang anak.
Saya ingat kalau ada peristiwa paling membuat saya sangat sedih di bandara, itu adalah saat saya berangkat ke Kanada akhir 1991. Saat itu K lila baru berusia setahun lebih sedikit. Untuk sementara saya harus meninggalkan dia bersama ortu dan adik2 saya. Pesawat yang saya tumpangi berangkat pagi2 sekali, k lila masih tidur saat saya meninggalkan rumah. Saya memaksa Ibu (alm) untuk tidak ikut ke bandara, biarlah saya diantar Bapak dan adik2 saja. Saya berusaha sekuat tenaga menahan air mata sejak meninggalkan rumah sampai menjelang naik pesawat. Saya tidak ingin yang lain ikut sedih karena kesedihan saya. Tapi begitu duduk dalam pesawat pertahanan saya bobol.., air mata mengalir begitu deras di balik jendela. Mirip cerita sinetron kali ya..?
Kehadiran anak2 dalam keluarga kami membuat saya dan si abang berpikir ulang acara mengantar ke bandara. Saat mereka masih kecil2, mereka selalu sedih seharian usai mengantar Ayah-nya atau saya untuk bepergian. Karena itu kami memutuskan, anak2 tidak perlu ikut mengantar ke bandara..kalau salah satu dari kami yang berangkat. Tapi mereka selalu welcome saat menjemput kami pulang. Dengan begini suasana sedih di bandara jadi berkurang..
Cerita menyenangkan tentu saja juga banyak terjadi di bandara. Bertemu kembali dengan suami setelah bepergian jauh dan lama… adalah peristiwa yang membahagiakan. Saat meilihat si abang melangkah menuju tempat saya menunggu, terasa terbang semua rasa rindu yang begitu menggebu sebelumnya.
Masih lekat dalam ingatan saya satu peristiwa membahagikan di bandara. Saat itu April 1992, saya pulang ke Banda Aceh menjemput k Lila untuk bergabung bersama saya dan ayahnya. Dari jauh saya sudah melihat k lila (saat itu usianya 2 tahun kurang) di gendong Bundacut-nya (alm) plus beberapa kelurga lain yg ikut menjemput saya. Saat mata k lila menangkap saya, dia langsung berteriak: ‘Bunda…!!!’ saya tak dapat menahan tawa gembira.., Alhamdulillah k lila masih ingat sama saya. Sebelum berangkat saya mewanti2 adik2..untuk setiap hari menunjukkan foto saya pada k lila, dengan harapan dia ingat wajah saya saat bertemu. Saya juga rajin bercerita lewat telpon dengan k lila, meskipun mungkin dia tidak mengerti artinya saat itu. Belakangan saya baru tahu, seorang tante saya yang ikut menjemput memang menunggu momen pertemuan saya dan k lila. Bersama adik2 saya, mereka bertaruh kecil2an..apakah k lila masih kenal dengan bundanya ! Walah…mereka kalah tuh.
Bandara juga menyimpan pertemuan terakhir saya dengan orang tua dan adik2 saya tahun 2004. Saat itu kami akan berangkat ke Leeds UK. Saya sekel hanya diantar Bapak dan adik laki2 saya (alm), sedangkan Ibu ikut bersama kami sampai ke KL untuk bertemu dengan adik perempuan saya di sana. Saat melepas saya di bandara, Adi (adik bungsu) memberikan sebuah bingkisan untuk saya sambil berkata..’ini untuk c kak sekel, untuk obat rindu kalau teringat kami’. Saat tiba di leeds, saya buka bingkisannya..sebuah bingkai foto yang berisi potongan foto kel besar kami..dalam berbagai acara, semuanya diatur Adi sendiri ..yang selalu membuat saya tersenyum melihatnya sampai sekarang, sesudah..sebagian besar anggota kel di foto tsb pergi menghadap-Nya. Benar2 obat rindu..pada mereka !!
Cerita bersambung sampai di bandara Penang. Adik saya, Susy, dan beberapa orang temannya sudah menunggu kami sekaligus menjemput Ibu. Saat berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, Susy bertanya: ‘Cut kak gak pulang2 nih sampai Bg Adi selesai ?’ Saat itu saya menjawab: ‘Kalau itu untuk Susy , Cut kak akan pulang tentu saja’. Siapa yang bisa menduga..bahwa 8 bulan kemudian saya pulang dengan hati sarat duka ?
Bandara (tepatnya Polonia Medan) juga menjadi saksi bagaimana hancurnya hati saya saat mendarat akhir Desember 2004 ketika saya pulang sendiri menyusul musibah yang menimpa keluarga besar kami. Saya harus menunggu hampir 12 jam dalam suasana penuh duka di Polonia sebelum akhirnya dapat seat untuk terbang ke Banda Aceh menjelang tengah malam.
Kini, setelah anak-anak saya besar dan mulai meninggalkan rumah, persentuhan kami dengan bandara semakin meningkat frekwensinya. Anak-anak saya jadi terbiasa hilir mudik di bandara dimana saja. Walaupun demikian saya dan Ayahnya tetap mengontrol dan memberi instruksi dari jauh. Kadang ada hal mendebarkan juga. Ketika pulang liburan April 2010 lalu, si sulung k lila hampir saja batal terbang. Dia terlambat tiba di LCCT Kuala Lumpur, check in counter sudah tutup. Setelah sedikit merayu dan cerita memelas karena alasan paspor yang telat diurus oleh International Office kampusnya, akhirnya k lila diizinkan masuk pesawat yang sudah siap terbang.
K lila kemudian mengirim sms untuk saya: ‘I managed to get it. I am boarding now, but I was late, will arrive in Bna 12.20’. Saya di Leeds dan Ayahnya di Banda Aceh menarik napas lega, karena tidak harus membeli tiket lain untuk k lila (heheheeh).
Peristiwa lebih mendebarkan sebenarnya terjadi awal Jan 2010, saat k Lila pulang liburan dr KL ke Banda Aceh melalui Medan. Dari Medan dia naik pesawat Lion jam terakhir sekitar pukul 7-an malam. Tapi sampai 2 jam kemudian pesawat belum take off. K lila mengirim sms: ‘It’s raining very hard in Polonia, the flight is delayed’. Pesawat berangkat juga akhirnya, tiba di Bandara SIM sekitar 22.30, belum mendarat tapi kami sudah bisa melihat pesawat mulai turun. Namun hujan yg juga sedang turun dengan derasnya di bandara ternyata membuat pilotnya membatalkan pendaratan. Pesawat kembali berbalik arah menuju Medan. Aduh…!! Kebayang kan gimana perasaan saya dan Ayahnya yg menjemputnya di bawah hujan. Singkat cerita k lila akhirnya baru tiba di banda Aceh, esok harinya..pagi2 sekali. Semalaman kami di rumah tidak bisa tidur mengingat bagaimana keadaan k lila di bandara Polonia (ternyata semua penumpang diantar ke hotel untuk istirahat..Alhamdulillah).
Pengalaman beredar seputar bandara kini sudah merambah pada si bungsu Ilman. Bulai Mei 2010 dia harus terbang sendiri dari Banda Aceh ke Jakarta untuk mengurus visa. Ayahnya yang sudah terlebih dahulu di Jakarta, meminta seorang kenalan baik kami untuk melepas Ilman pada pihak garuda di bandara. Kegundahan saya karena dia harus terbang sendiri ternyata berbuah pengalaman manis untuk Ilman. Dia sempat diajak masuk ke cockpit plus dipindahkan ke business class menjelang mendarat. Saat bertemu Ayahnya yg menjemput di cengkareng, dengan penuh antusias Ilman bercerita pengalaman pertamanya terbang sendiri. Alhamdulillah.
Si tengah Irham, juga tak kalah serunya untuk urusan singah-menyinggah di bandara. Baru setahun lebih dia terbang sendiri untuk pertama kalinya ke Singapore. Kini bandara Changi sudah menjadi bagian dari mondar-mandirnya Irham saat pulang liburan. Terkadang dia rada kesal juga, aturan airline Singapore mengharuskan anak2 di bawah 16 tahun untuk mengisi form UM (Unaccompanied Minority) kalau mau terbang sendiri. Itu artinya Irham dikawal terus kemana-mana sejak di bandara. Dia komplain: ‘I can’t believe it. They even follow me to the toilet !’ . Walaupun demikian, Changi tetap bandara yang paling nyaman menurut Irham. Tak jarang saat mendarat di Changi usai liburan dia ‘hang out’ dulu sampai satu jam di bandara.
Ya…, bandara memang mencatat suka duka mereka yang pulang dan mereka yang akan pergi. Berangkat ke bandara untuk menjemput yang tercinta tentu saja menimbulkan kegembiraan tersendiri di hati. Dengan perasaan itu pulalah saya berangkat ke Stansted airport London Juni 2010 lalu. Gembira akan bertemu suami dan si bungsu setelah hampir 4 bulan menahan rindu. Sampai di sana , saya masih harus bersabar hampir 2 jam menunggu mereka antri di imigrasi. But after all…pertemuan di bandara memang selalu bikin hati gembira..meskipun tidak selalu harus romantis..hehehehe
Bandara LCCT Kuala Lumpur kini juga menjadi bagian dari mondar-mandirnya kel kami. Soalnya dari bandara inilah pesawat Air Asia terbang kemana saja. Desember lalu Si Abang terbang dr Banda Aceh dan si tengah Irham terbang dr Singapore menuju LCCT. Mereka berdua kemudian terbang ke Stansted London untuk menghabiskan liburan akhir tahun di Leeds bersama saya dan si bungsu Ilman. Liburan usai mereka berdua kembali terbang menuju LCCT KL. Kali ini si sulung K Lila yg tinggal di Bangi menyempatkan diri menemui Ayah dan adiknya sambil menjemput oleh2 dari Leeds. Jadilah mereka bertiga ber-reuni singkat sambil sarapan pagi. Menjelang siang mereka bubaran, K lila kembali ke asrama-nya di Uniten, Irham terbang ke Changi Singapore, dan si Abang terbang ke Medan sebelum terbang kembali ke Banda Aceh. Saat ini.., kami sedang berada di pos masing-masing.., sampai perjalanan berikutnya …
Mungkin ada yang komentar…’cape deh..ngelihat jadwal perjalanan yg simpang siur begitu’. Heheheeh..gpp, saya sudah sering dengar kalimat itu sebelumnya.
Leeds, awal February 2011
Tuesday, April 5, 2011
Nettle si Penyengat
Sampai menjelang tidur malam tadi lutut kiri saya masih terasa panas berdenyut seperti di sengat serangga. Rasanya sangat tidak nyaman. Alhamdulillah pagi ini sudah enakan, meskipun kalau tersentuh tangan masih terasa nyut--nyut. Apa penyebabnya? Kemarin sore saya tersengat tanaman nettle di salah satu taman kampus.
Cuaca yg cerah seharian kemarin menarik saya untuk berjalan seputar kampus sambil cuci mata melihat bunga daffodil yg mulai bermekaran. Tujuan utama saya adalah St. George Field, taman yg melintasi kampus yang sering saya lewati tahun lalu.
Hamparan bunga daffodil kuning di taman ini sungguh memikat, mengalihkan mata dan pikiran sejenak dari layar computer yang terkadang sangat melelahkan.
Saya mencoba berlutut di tanah saat mencari posisi bagus untuk memotret bunga daffodil. Saat itulah baru terlihat oleh saya tunas-tunas tanaman nettle yg baru bermunculan di permukaan tanah. Dalam hitungan detik sy harus mengambil keputusan. Bangkit segera dari posisi akan berlutut dengan resiko bisa terjerembab ke belakang (dan justru ‘memberikan’ permukaaan tubuh lebih luas ke hamparan nettle) atau tetap dengan rencana awal, berlutut yg berarti ‘menyerah’ kan bagian kaki saya di sengat nettle.
Insting dan logika refleks mengarahkan saya untuk tetap berlutut. Sesaat saya tidak merasakan apa2.., syukurlah berarti duri2 halus di permukaan batang dan daun nettle tidak menembus celana jeans saya. Ternyata saya salah.., saat akan bangkit kembali saya meyadari rasa panas seperti disengat tawon di lutut kiri yg datang berulang sampai tadi malam. 
Seperti apakah tanaman nettle itu ? Mungkin ada baiknya teman2 terutama yg punya anak balita mengenal tanaman ini, agar tak terjebak dalam rumpun nettle yang sengatannya bisa menembus pakaian.
Dalam bahasa inggris, tanaman ini dikenal dengan nama ‘stinging nettle’ atau ‘common nettle’ dengan nama latin Urtica dioica. Tanaman perdu yang tumbuh berumpun ini mulai bermunculan di lahan yg banyak terkena sinar matahari pada awal musim semi. Kebanyakan tanaman nettle yang saya jumpai kemarin sore baru mempunyai beberapa daun yang muncul dr permukaan tanah. Makanya gampang terlewatkan oleh mereka yg tidak mengenalnya dengan baik.
Saat summer rumpun nettle bisa mencapai ketinggian sekitar 50-an cm, dengan bunga kehijauan bertumpuk kecil2. Sebenarnya tidak sulit mengenal nettle kalau sudah tumbuh tinggi. Pada batang, cabang, dan daunnya banyak tumbuh rambut2 yg disebut ‘trichomes’, yg bisa terlihat jelas kl kita mendekat. Trichome ini bisa berfungsi seperti jarum yg ‘menyuntik’ kulit manusia atau hewan yg menyentuhnya sambil mengalirkan bahan kimia yg menimbulkan rasa menyengat pada kulit. Rasa panas menyengat ini tak mudah hilang. Sengatan pada anak2 kadang bisa membuat tubuh demam, terutama bila bagian tubuh yg terkena itu tidak hanya satu bagian.
Terlepas dari sengatannya yg bikin gatal dan panas di kulit, tumbuhan satu ini juga banyak gunanya. Menurut wikipedia..nettle juga sering digunakan sebagai tanaman obat. Selain itu nettle juga bisa dijadikan the untuk diminum. Saat ini sudah banyak dijual teh nettle dalam kemasan seperti teh lainnya. Nettle juga bisa bisa dijadikan sebagai pupuk karena mengandung unsur hara yg tinggi.
Si bungsu saya, Ilman, sangat mengenal tanaman satu ini. Dialah yg dulu mengenalkan saya pada nettle ini. Mungkin Ilman nggak akan lupa rasanya disengat nettle saat summer pertamanya di Leeds tahun 2004 lalu. Saat itu dia masih kelas 1 di Blenheim primary School dan sedang bermain bola pada jam olahraga di halaman sekolahnya. Tanpa sengaja dia terjatuh dan kedua pahanya yg telanjang (ilman pki celana pendek) menjadi ‘santapan’ trichome nettle yg banyak tumbuh di sana.
Sang guru yg tahu betul apa akibatnya bagi Ilman segera membawa Ilman ke kamar mandi dan berusaha membasuh pahanya di bawah keran dengan air yg mengalir kencang. Saat saya menjemput Ilman, gurunya meminta maaf atas kejadian ini, dan memberitahu saya bisa jadi Ilman akan demam malamnya karena sengatan yg diterima Ilman lumayan banyak.
Paha Ilman memang memerah..dan sepanjang malam dia tidak bisa tidur akibat rasa panas yang sangat mengganggu. Saya lupa kapan persisnya dia sembuh. Yang jelas sejak itu dia sangat kenal dengan nettle si penyengat.
Selain nettle ada tanaman mirip yg disebut dengan ‘white dead nettle’ (Labium album) kalau bunganya putih atau ‘red dead nettle’ (Lamium purpureum) kl bunga berwarna merah keunguan Sekilas ke dua species tanaman ini mirip sekali dengan ‘stinging nettle’, tapi kalau kita mendekat akan terlihat kalau daun dan batangnya tidak ditumbuhi rambut penyengat alias trichome. Jadi dead nettle aman kalau disentuh.
Mudah2an pengalaman saya dan Ilman ada manfaatnya..dan teman2 bisa menghindarkan diri atau si buah hati dari sentuhan nettle si penyengat.
(catatan: beberapa gambar yg saya sertakan di sini saya copy dari Wikipedia..)
Leeds, 22 maret 201
Thursday, January 6, 2011
Catatan Desember
Desember. Hari ini enam tahun lalu. Allah menguji teramat berat. Dengan kehilangan mereka yang teramat dekat.
Sampai hari ini tak pernah lupa. Wajah mereka masih saja terbayang di pelupuk mata. Suara mereka masih terngiang di telinga. Ya..mereka masih tetap ‘hidup’ di hati saya.
Sudah lama saya mengikhlaskan semuanya. Meski satu tanya selalu meronta di hati. Dimanakah kubur Ayah dan Bunda?
Hari ini saya sengaja mengenang kembali . Membiarkan air mata menetes membasahi meja. Bukan karena memelihara duka. Bukan pula ingin menimbun lara. Tapi karena rindu dan cinta. Untuk mereka yang tak pernah sirna.
Hidup memang terus berjalan. Pesan Ayahanda Insya Allah tak terlupakan. ‘ Tetap lah semangat menghadapi tantangan. Tidak menyerah menghadapi rintangan. Tambahkan doa untuk semua usaha. Serahkan semua pada Allah semata’.
Hari ini. Seperti juga hari kemarin. Tak putus doa untuk semua. Untuk mereka yang telah tiada. Semoga Allah mengampunkan dosa. Memberikan tempat yg layak bagi mereka. Sebagai syuhada pengisi surga. Amin.
Terkenang selalu
Mereka yang senantiasa menerbitkan rindu
Ayahanda H. Teuku Harun Al Rasyid
Ibunda H. Djauharah Ahmad
Adinda Suzanna Rabfianni
Adinda Iskandar Agus Harsadi
Adinda Lisa Amanatillah
Ananda Izzan dan Rizqy
Ibunda Saidah Raden
Adinda Rahila Yusuf
Ananda Jihan, dek Gam, dan Oja
(Leeds, 26 Desember 2010)
Doa saya juga untuk semua kerabat, teman, tetangga..yg telah mendahului kami di pagi ahad 6 tahun lalu.
Lily

