Saturday, May 5, 2007

Sistem Pendidikan di 'England' (1): Usia wajib belajar

 

Sekarang mau cerita yang serius ah…(aduh keningnya jangan berkerut gitu)

 

Saat saya dan keluarga baru datang ke UK, urusan pertama yang harus diselesaikan segera adalah masalah sekolah anak-anak.  Ternyata sistem pendidikan di sini beda sekali dengan sistem di Indonesia.  Ketika mendaftar kita cuma diminta melampirkan akte kelahiran anak.  Itu saja (selain paspor tentu saja, untuk melihat eligibility-nya).  Kenapa akte kelahiran ?  Tanggal dan tahun kelahiran anak yang akan menentukan si anak akan duduk di kelas berapa.  Ini berlaku untuk SD (primary School) atau sekolah lanjutan (Secondary school).

 

Waktu itu seringkali saya harus diskusi dengan guru anak-anak di sekolah untuk bisa mengerti sistem pendidikan di sini. Awalnya saya pikir aturannya bikin bingung dan pusing !  Tapi kemudian setelah saya beberapa kali menjadi penerjemah rombongan NU selama pelatihan ‘education management’ (baca disini)  pemahaman saya menjadi lebih baik.  Berikut saya uraikan secara singkat apa yang saya tahu tentang sistem pendidikan di UK, terutama di England (ck..ck..kayak mau ngajar aja..)’.

 

Pendidikan adalah wajib bagi setiap anak di UK yang berusia 5 sampai 16 tahun, yang bisa disebut sebagai pendidikan dasar.  Dalam rentang usia ini umumnya anak-anak bersekolah di dua tingkatan sekolah yaitu ‘primary school’ (setara dengan SD) dan ‘secondary school’ (setara dengan SMP dan SMA – dalam satu sekolah). Bandingkan di Indonesia yang wajib belajar hanya berlaku SD sampai SMP.  Level kelas yang akan ditempati si anak ditentukan oleh usia semata, baik yang baru mulai sekolah maupun yang merupakan pindahan dari sekolah lain.

 

‘Primary school’ menerima anak usia 5 sampai 11 tahun , untuk year 1 sampai year 6 (kelas 1 s/d 6).  Sedangkan ‘Secondary school’ diperuntukkan bagi anak yang berusia 11 sampai 16 tahun.   Dari buku panduan yang dikeluarkan oleh ‘education office’ tertera bahwa seorang anak memulai tahun pertamanya di ‘primary school’ ketika dia berusia 5-6 tahun.  Artinya si anak harus merayakan ulang tahun ke-6 nya selama dia duduk di kelas 1.  Dan ini dihitung sejak 1 September (tahun ajaran baru) sampai 31 Agustus tahun berikutnya. 

 

Bingung dengan penjelasan di atas ?  Coba saya tuliskan contohnya.  Putri sulung saya misalnya, dia lahir sebelum Sept 1990.  Artinya pada tahun 1995 dengan sistem di UK dia sudah duduk di year 1 primary school, karena sebelum Sept tahun 1996 dia berultah yang ke-6.   Bandingkan dengan teman-temannya yang lahir sesudah 31 Agustus tahun yang sama, mereka baru masuk year 1 tahun berikutnya, 1996.  Jadi beda usia beberapa hari atau bahkan satu hari saja antara anak yang lahir akhir Agustus dengan yang lahir awal September tahun yang sama, sudah membedakan kelas mereka di sekolah.

 

Ini dialami oleh kedua anak laki-laki saya.  Si tengah lahir pertengahan September 1994 dan si bungsu pertengahan Oktober 1997.  Ketika datang ke UK awal tahun 2004, si tengah saya sudah kelas 4 SD di Indonesia.  Di UK mereka juga tetap di kelas 4.  Padahal ada temannya yang lahir 30 Agustus 1994 sudah duduk di kelas 5 primary school.  Hal yang sama juga dialami oleh anak bungsu saya.  Karena lahir bulan Oktober, dia tetap kelas 1 primary school di sini.  Jadinya dia termasuk anak yang tertua di kelas. Karena  teman-temannya yang lahir sebelum September 1998 juga duduk di kelas 1.  lain halnya dengan si sulung, karena lahir sebelum September, sampai disini dia ‘lompat’ satu level daripada di Indonesia.

 

Aduh koq mumet ya..jelasinnya.  Mudah-mudahan bisa dimengerti.  Kalau tidak ya..nggak apa.  Tenang…..nggak ada ujiannya (he..he..).

 

Istirahat sejenak…., saya lanjutkan lagi.

 

Sekitar bulan November sampai awal Desember,  anak-anak kelas 6 primary school sudah harus mengisi form untuk memilih ‘seconday school’ yang akan mereka tuju pada bulan September tahun berikutnya.  Orang tua harus mencantumkan 3 pilihan sekolah sesuai urutan pilihan.  Biasanya sekitar Feb-April tahun berikutnya, anak-anak sudah tahu mereka akan bersekolah dimana pada awal tahun ajaran baru.  Bagaimana kalau pilihan pertama si anak ditolak ?  Orang tua boleh ‘appeal’ ke ‘education office’,  Kalau alasannya jelas, bisa jadi si anak akan diterima sekolah pilhan pertama-nya.  Kalau tidak ya..tetap dimana dia diterima awalnya.

 

Sama halnya dengan di Indonesia, di UK juga ada sekolah swasta (private) atau sekolah negeri (state school).  Yang namanya sekolah swasta ya...jelas harus bayar untuk bersekolah di sana.  Sedangkan sekolah negeri bebas biaya sama sekali.  Tak ada uang SPP, tak ada uang buku, bahkan anak-anak tak harus membawa alat tulis atau buku dari rumah, karena semuanya sudah tersedia di sekolah.  Ini terutama berlaku untuk ‘primary school’.    Asyik ya..kalau di Indonesia bisa begini.

 

Pemisahan ‘primary school’ dan ‘scondary’ school umumnya berlaku untuk sekolah-sekolah negeri (state provision), sedangkan untuk sekolah swasta sistemnya bisa sedikit beda.  Ada sekolah swasta yang menyediakan ‘primary school’ dan ‘secondary school’ sekaligus.  Di antara  sekolah swasta terkenal di UK adalah Eton dan Harrow, tempat para ‘well-known people’ di UK bersekolah dulunya.  Aturan usia tetap berlaku di sekolah swasta, aturan lain.., kalau nggak punya uang banyak ya..nggak bisa masuk ke sana.

 

Di luar wajib belajar 5-11 tahun, pemerintah juga memberikan kesempatan bersekolah untuk anak sebelum 5 tahun, yaitu kelas ‘nursery’ (mirip TK di Indonesia) dan ‘reception’ (persiapan untuk year 1 tahun depannya).  Biasanya ke dua kelas ini terdapat di masing-masing ‘primary school’.  

 

‘Secondary school’ terdiri dari 5 level kelas, yaitu year 7,8, dan 9 (mirip SMP) dan year 10 dan 11 (mirip SMA).  Pada year 7,8,dan 9 anak-anak menerima semua pelajaran dan wajib diikuti.  Sedangkan di year 10 dan 11, sudah ada pelajaran pilihan tergantung minat si anak, di samping pelajaran wajib (Bhs Inggris, Science, dan Math).  Pada akhir tahun ajaran di year 10, semua anak harus mengikuti  ujian nasional yang biasanya dilakukan serentak di seluruh UK, minimal di England, untuk setiap subjek yang di ambil oleh masing-masing murid.  Ujian ini dilakukan untuk melengkapi GCSE (General Sertificate of Secondary Education).

 

Setelah menerima nilai GCSE-nya, usai sudah wajib belajar bagi mereka.  Sampai disini mereka sudah eligible untuk bekerja.., yang tentu saja semakin bagus nilai GCSE-nya semakin mudah mendapat kerja.  Bagi mereka yang berniat melanjutkan ke perguruan tinggi, masih harus bersabar dulu.  Karena mereka harus mengikuti pendidikan lagi selama 2 tahun, yang sering disebut dengan A-level, sebelum mereka bisa mendaftar ke Perguruan Tinggi.  Kelas A-level sering juga disebut dengan ‘sixth form’ yang terdiri dari year 12 dan 13.

 

Pendidikan A-level bisa diikuti di sekolah asal mereka (secondary school) atau pindah ke college bila subjek yang mereka inginkan tidak tersedia di sekolah asal. A-level tidak lagi wajib bagi anak-anak di UK, tapi masih tetap gratis kalau mereka memilih ‘state school’ atau ‘state college’.  Subjek yang dipilih harus disesuaikan dengan minat mereka saat kuliah nanti.  Jadi mereka benar-benar harus menentukan mau kuliah bidang apa nanti, sebelum memilih subjek yang sesuai di A-level.

 

Bayangkan mereka sudah harus menentukan arah hidupnya ke depan saat mereka berusia 16 tahun ! Mau langsung bekerja atau kuliah ?  Padahal dulu, bahkan sesudah ujian akhir SMA (18 tahun) saya masih ragu-ragu mau kuliah dimana.

 

Waduh..sudah kepanjangan ya.. .  Saya sudahi dulu sampai di sini cerita saya tentang pendidikan di UK.  Insya Allah lain kali saya sambung lagi dengan cerita yang berkaitan.

Trims..untuk semua yang sempat ‘browse’ artikel saya ini.

 

Catatan:  artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya menyekolahkan anak-anak saya di Leeds dan sumber bacaan dari ‘school of education’, Leeds Uni.  Bisa jadi ada aturan yang berbeda dengan kota atau  Negara bagian lain di UK.  You are very welcome to add information or to give a view….

 

 

Leeds, 5 May 2007

24 comments:

  1. wah komplit sekali info nya kak.... kami sekarang juga lagi cari2 sekolah yg bagus buat khansa (meskipun baru akan masukin dia ke nursery)... ibu mertua bilang ada satu sekolah yg bagus disini ... itu sekolah katolik dan ngak berapa jauh dari rumah.. cuma si mr masih belom sempat juga ke sana...btw.. kayak nya si Khansa bakal kena sistem di UK juga nih.. karena dia lahirnya oktober... mesti tunggu tahun berikutnya...makanya juga cousin khansa yg baru lahir... ortunya udah merencakanan kehamilan tsb sedini mungkin agar si baby James lahir nya sebelum september (minimal pas summer lah)... biar ngak miss masuk sekolahnya.

    ReplyDelete
  2. buka situsnya bbc mbak, cari league tablenya, lalu lihat laporan ofstednya untuk membandingkan sekolah mana yg bagus :)

    ReplyDelete
  3. Khansa juga lahir Okt ? He..he..rugi memang. Bagi yang sudah tahu sebelumnya, merencanakan waktu hamil dan melahirkan memang jadi satu pilihan agar si anak nggak ketinggalan setahun di sekolahnya..

    ReplyDelete
  4. mbak lily, masalah umur ini terjadi sama anak saya.
    yg besar baru mau ultah ke 6 bulan ini, nanti september sudah year 2, sedang yg kecil masih di playgroup padahal teman2nya di playgroup yg dulu sudah pada ke nursery karena mereka ultahnya sebelum agustus.... anak saya akhir september ultahnya.
    dia sempat bilang , 'mam, kok temen2 tata skg masih baby?'
    soalnya temen yg dulu udah ganti.

    ReplyDelete
  5. Bener Ning..League Table merupakan performance masing-masing sekolah yang dinilai oleh Ofsted secara reguler. Trims tambahan info-nya Myr

    ReplyDelete
  6. oh yah.. suami saya udah coba liat site nya ofsted...dan kebetulan sekolah yg dekat sekali ke rumah ngak bagus laporannya... dan sekolah yg katholik lebih bagus.. makanya kami mau masukin Khansa ke sekolah katholik.. kebetulan juga ngak terlalu jauh..

    ReplyDelete
  7. Iya..Myr, kedua anak laki-laki saya juga mengalami hal yang sama dengan Tata. Si tengah Irham, lahirnya pertengahan September, tetap aja nggak bisa maksa pindah ke kelas yang lebih tinggi. Malah menurut Irham, ada temannya yang lahir 1 September, tetap aja..nggak bisa ke kelas atas. Nggak seperti di Ina ya.., di sini aturan dibuat memang untuk dijalankan..dan untuk hal satu ini nggak ada kompromi

    ReplyDelete
  8. benar kak.. kita juga udah liat2 laporan ofsted ...dari jauh2 hari....

    ReplyDelete
  9. iya nih... rugi.. makanya kalo mau punya anak lagi nanti nya... biar di planning lahirnya pas summer deh.... juni-juli-an gitu... hehehehe,,

    ReplyDelete
  10. Tentu saja kita ingin sekolah yang terbaik untuk anak. Namun secara pribadi (setelah ikut mendengarkan trainingnya rombongan NU) saya berpendapat bahwa laporan ofsted bukan satu-satunya cerminan kualitas sekolah tersebut. Umumnya League table lebih banyak dinilai dari persentase nilai ujian masing-masing pelajaran di sekolah tsb (selain adm-nya). Namun, karena di UK ini..sistem pengajaran dan ujian semua sudah standar, jadi kalaupun performance sekolah di league table nggak begitu bagus, anak kita nggak akan ketinggalan kalau performance pribadi-nya bagus.

    ReplyDelete
  11. Tfs mbak lily... jadi nambah pengetahuan saya nih:)

    ReplyDelete
  12. Aha...kapan rencananya Ning ? Saya tunggu kabarnya..

    ReplyDelete
  13. Sama-sama mbak Nur. Aturannya beda dengan di Kanada ya...

    ReplyDelete
  14. Blom banyak tahu ttg sistem pendidikan di Kanada nih mbak (krn blm punya momongan nih), setahu saya, setelah high school, siswa disini masuk college dulu selama 2 tahun (kalo gak salah) untuk persiapan masuk universitas

    ReplyDelete
  15. bisa ya? kalo yg deket2 sini kalo yg sekolahannya church kalo kita gak reguler ke church gak diterima, ini menurut pengalaman ibu2 bule sekitar sini yg jarang ke church jadi sering ke church supaya anaknya diterima, or yah dia tetep ogah2an ke church n anaknya gak diterima

    ReplyDelete
  16. ngak tau juga bisa/ngak.. karena kita masih belom kesana.... kalo soal regular ke church yah pasti ngak dong.. kami nya muslim... cuma mertua saya kenal dengan headmistress. itu aja yg baru tau info nya..

    ReplyDelete
  17. mudah2an aja bisa.. deh.. karena ayah mertua saya (yg bule:D)... pemain piano, anggota choir dan aktif di kegiatan gereja katolik... sapa tau aja... unsur kekeluargaan masih bisa berlaku disini... kalo ngak bisa.. .. yah.. cari sekolah lain aja... :)

    ReplyDelete
  18. Iya..deh, mudah-mudahan kita bisa memberikan yang terbaik untuk si buah hati.. . Saya sendiri sekarang justru agak kuatir membayangkan anak-anak saya kalau kembali ke Ina nanti. Sistem belajarnya kan sangat beda. Mikir nanti aja..

    ReplyDelete
  19. menarik nih mbak... kyknya sistemnya ada sedikit perbedaan dg NZ, tp saya kurang tau detailnya, abis gak punya anak yg kudu disekolahin seh :-p
    kalau si kakak, udah year berapa?

    ReplyDelete
  20. Iya..bisa jadi sistemnya agak beda dengan NZ. Tapi setahu saya negara-negara 'Commonwealth' punya sistem mirip dengan UK. Kalau sistem di Indonesia sama sekali nggak dikenal di UK, terutama SMA kita. Soalnya di Ina kan nggak ada sistem A-level. Kakak sekarang sudah A-level tahun pertama. Jadi wajib belajarnya sudah selesai. Dia sekarang sedang tahap persiapan untuk ke Uni.

    ReplyDelete
  21. Mbak, di Jakarta sudah dimulai program sekolah gratis. Dari SD sampai SMP. Tanpa SPP, tapi tetep soal buku belum dapat ditanggung pemerintah. Hanya, ada bantuan biaya transport, termasuk seragam, tas dan alat tulis untuk siswa kurang mampu. Program ini sudah berlangsung setahun lebih. Tapi kita para guru justru merasakan sekolah gratis, siswa jadi tambah males, orang tua tambah tak peduli. Dan masalah uang jadi sangat sensitif sekali. Misalnya, jika ada program yang diajukan siswa tapi tak mampu dibiayai sekolah dan pemerintah, kemudian orang tua diajak urun rembuk, mereka keberatan, selalu alasannya "katanya gratiiis...". Menyedihkan memang. Lebih sedih lagi kurikulum yang gak jelas arahnya. Spiritnya sih bagus, tapi pada pelaksanaannya tetap saja beban materi pelajaran yang banyak tapi diajarkan hanya permukaannya saja. Beberapa kali kita protes kalau ada penataran atau pelatihan, selalu dijawab dengan "kebijakan orang atas", dimana yang berlatar belakang pendidik gak diajak ngomong, yang jadi penentu selalu orang-orang ilmu murni yang gak ngerti fakta yang terjadi di lapangan. Kapan pendidikan kita bisa seperti negara-negara maju ya mbak? Para guru (terutama yang muda) selalu siap untuk meningkatkan profesionalitas, tapi, kalau diadakan pelatihan atau semacamnya, yah...cuma gitu-gitu doang, asal ada proyek saja, jarang yang bermutu. Sedih deh mbak...
    lhoo...kok malah curhat..he he, sori mbak lily

    ReplyDelete
  22. Saya malah senang kita bisa berbagi cerita masalah pendidikan.., karena terus terang saya juga sangat tertarik di bidang yang satu ini. Apalagi profesi saya di Ina kan sama dengan mbak Henie, mengajar..walaupun anak didik saya sudah lebih dewasa alias mahasiswa. Saya sekarang sedang mengamati, mengapa banyak mahasiswa kita cenderung 'payah' waktu kuliah, padahal waktu SD sampai SMA kegiatan akademiknya seabrek. Mulai dari les ini-itu, pr, dll. Ntar saya juga akan juga tulis tentang hal ini.

    ReplyDelete