The Mosque of Paris ini adalah masjid tertua di Perancis yang dibangun pada tahun 1926. Masjid ini dibangun sebagai penghargaan pemerintah terhadap bantuan tentara negara-negara Afrika Utara (Maroko, Tunisia, dll) terhadap pemerintah Perancis saat Perang Dunia I. Seperti diketahui mayoritas komunitas Islam Perancis memang mempunyai akar dari Afrika Utara. Karena itulah pengaruh ‘North African taste’ sangat besar pada masjid ini.
Berkunjung ke masjid ini akan terasa sekali bedanya dengan berada di masjid – masjid Indonesia umumnya. Di dalam bangunan masjid terdapat pelataran terbuka dengan air mancur kecil di tengahnya. Di antara ruang-ruang dalam masjid ditemukan taman unik dengan banyak bangku tempat bersantai atau sekedar menikmati keindahan masjid yang mayoritas dindingnya merupakan batu marmer berukiran cantik.
Perbedaan lain yang sangat terasa adalah masjid ini terbuka untuk umum baik muslim maupun non muslim sebagai lokasi wisata. Dengan membayar tiket masuk, turis bisa menjelajah seiisi masjid, kecuali area shalat. Walaupun demikian para turis masih tetap bisa ‘menonton’ kegiatan shalat dari pelataran depannya. Biasanya seorang tour guide akan menjelaskan perihal rukun Islam ke dua ini pada para turis. Saya yang saat itu sempat menonton para turis yang sedang menonton orang shalat menjadi terpesona dengan sikap ‘terbuka’ masjid satu ini. Hayo..mana ada masjid di Indonesia membolehkan orang berpakaian terbuka masuk masjid?
Menurut keterangan yang saya dapat dari salah satu website, sikap terbuka ini dilakukan untuk mendorong masyarakat mengenal seni budaya dan sejarah Islam yang akhirnya juga mengenal agama Islam lebih jauh. Karena itu masjid ini merupakan situs sejarah resmi yang dilindungi pemerintah Perancis.
Di dalam bangunan juga ditemukan makam Imam pertama masjid. Sang imam adalah orang yang menyarankan pemerintah kota Paris untuk menyembunyikan 200 orang Yahudi di basement untuk menyelamatkan mereka dari ‘concentration camps’.
Masih bagian dari Masjid adalah ‘The Hammams’ alias tempat mandi gaya Turki (Turkish Bath) yang juga terbuka untuk umum, namun dilakukan pemisahan hari untuk pengunjung laki-laki dan perempuan. Sayangnya saat kami di sana, saya tidak sempat mengunjungi lokasi ini. Menarik juga mengetahui lebih jauh ‘Turkish Bath’ ini (Halo Yuana…bagi-bagi cerita tentang hal ini ya..?)
indahhh....di dalam masjid ada taman begini....:)
ReplyDelete♥bagus sekali masjid nya yah kak.. ada taman segala.. ada turkish bath juga.. btw dulu sewaktu ke turki Philip bilang masjid sultan ahmet indah sekali.. semua nya terbuat dari marmer ..makanya pas kita ke jkt dulu sekali.. dia less impress pas ngeliat masjid istiqlal.. .. ♥
ReplyDeletesaya juga berpikir demikian. Rasanya saya belum pernah ketemu masjid di negara kita ada tamannya di bag dalam.
ReplyDeletehe..he.. Istiqlal memang megah..tapi bagi yang sudah pernah melihat masjid di negara-negara lain dengan ciri khas dan keunikan masing-masing tentu tidak akan so impress dengan istiqlal.
ReplyDeleteindah nian ya kak masjidnya padahal dinegara yg penduduknya minoritas muslim...
ReplyDeletemasjid ini terbuka utk muslim dan non muslim juga sangat bagus biar yg non muslim itu tahu sebenarnya apa itu Islam, buak dari media barat yg selalu memojokkan Islam.
kapan ya mesjid di tanah air juga gitu...ngomong2 mesjir Raya Banda Aceh gimana kak, terbuka untuk umum nggak???
PR nih buat kak Lily dan misua hehehe...
wah..Elda, kalau saya bicara nanti saya bisa dicap anti syariat Islam lho ! Beberapa hal yang diterapkan di Aceh, atas nama Islam, secara pribadi tidak begitu berkenan di hati saya. Bagi saya Islam itu adalah a way of life.., dan tidak bisa dipaksakan. Teladan dari para pemimpin dalam keseharian mereka justru yang akan membuat kehidupan menjadi islami di semua lapisan masyarakat. Walah..koq jadi panjang lebar nih.
ReplyDelete:) mbak, numpang liat masjidnya.bagus nian.salam kenal buat semua juga yah
ReplyDeletesilahkan mbak. salam kenal kembali
ReplyDeleteAssalamualaikum,
ReplyDeleteMasya allah, masjid bagus, ohya... kalau di orly ada mesjid gak?