‘Spurn Point National Nature Reserve’ adalah salah satu lokasi yang kami kunjungi untuk melihat habitat pantai dan pengelolaannya, ketika tahun lalu saya mengikuti kuliah ‘Habitat Mangement’.
Kalau dilihat di peta

Saya ingat saat itu bulan Februari 2006, cuaca masih sangat dingin, namun jadwal kunjungan kami tetap ‘on’. Berangkat dengan mini van dari kampus sekitar pukul 8.45 am, kami yang berjumlah 15 sudah membekali diri dengan pakaian yang ‘rain dan wind proof’ plus makanan dan minuman secukupnya.
Dari Leeds kami menuju kota Hull yang berada di bagian timur Yorkshire. Letak Spurn memang tidak begitu jauh dari Hull, tepatnya di bagian utara jalur masuk ke ‘River Humber’ yang terkenal dengan ‘Humber Bridge’-nya.
Setelah terkantuk-kantuk di mobil selama dua jam lebih, sampailah kami ke lokasi tujuan. Sebelumnya dosen kami sudah mengingatkan untuk mencukupi bekal makan dan minum di desa terdekat, karena lokasi yang kami tuju tak ada fasilitas untuk isi perut. Begitu turun dari mobil di aera parkir, kami disambut salah satu staf ‘National Nature Reserves’ yang bertanggung jawab untuk Spurn. 
Tanpa banyak penjelasan di area parkir, kami segera memulai perjalanan menyusuri ‘spurn point’ yang merupakan habitat berpasir tebal plus rumput jenis ‘marram’ dan ‘sea buckthorn’. Kondisi ini membuat berjalan terasa sulit karena langkah kaki gampang terbenam dalam pasir.
Namun udara dingin yang menembus 4 lapis pakaian yang saya pakai, plus angin yang menusuk tulang memaksa kami untuk tetap bergerak. Lha, kalau berhenti..bisa..beku kedinginan ! Walaupun begitu saya agak lega, melihat mobil kami merayap perlahan mengikuti di belakang, saya pikir kalau-kalau saya KO, paling tidak ada mobil yang akan membawa saya.
Di tempat-tempat tertentu kami memang berhenti untuk mendengarkan penjelasan sang instruktur. Biasanya dia memang memilih area yang sedikit terlindung angin, di balik bukit kecil misalnya. Angin hari itu memang berhembus lumayan kencang..rasanya ..brrr..dingin sekali. Suara angin lepas yang berhembus dari pantai ke pantai kadang mengalahkan suara ombak yang menghempas pantai.

Ketika tiba saatnya makan siang, kami memilih untuk berteduh dalam mobil. Dengan angin dan udara yang menggigit seperti itu, tidak mungkin kami bisa duduk makan di udara terbuka.
Selama berjalan sepanjang Spurn, saya hampir tidak pernah mengeluarkan ke dua tangan yang sudah bersarung tangan tebal dari kantong jaket, apalagi membuka sarung tangan. Wuih…dingin sekali !
Menurut sang dosen, group kami tahun itu lebih beruntung, karena tahun sebelumnya saat group ‘Habitat Management’ mengunjungi Spurn, angin kencang disertai hujan es menerpa mereka. Terpaksa mereka mencari tempat berteduh dan menunggu badai reda.
Situasi di lapangan saat itu membuat saya tak bisa menggunakan kamera untuk mengambil foto selama kunjungan, saya lebih mementingkan urusan tubuh yang kedinginan daripada motret lokasi. Belakangan nyesel juga sih...koq gak berusaha lebih keras untuk bisa motret.
Kelelahan dan kedinginan berjalan lebih dari 4 jam, terobati dengan indahnya Spurn Spoint ini. Spurn dulunya merupakan benteng pertahanan militer untuk mempertahankan diri dari serangan musuh lewat laut. Sisa-sisa benteng pertahanan ini masih jelas terlihat di sana.
Kini Spurn seperti merupakan laboratorium alami untuk mengamati alam. Ada laboratorium sederhana untuk mengamati jenis dan populasi burung. Berbagai metoda penghitungan ada di sana. Sayangnya hari itu petugasnya lagi tidak di tempat, jadi kami tidak bisa nanya-nanya tentang hal ini.
Spurn point merupakan lokasi ’lifeboat station’ yang menurut Wikipedia merupakan satu-satunya di UK yang mempunyai full-time staf yang dibayar penuh. Saat kami ke sana, ada 11 keluarga lifeboat crew yang tinggal di rumah-rumah yang dibangun khusu untuk mereka.
Hal lain yang paling menarik menurut saya adalah ’LighthHouse’ alias mercusuar yang ada di Spurn. Bangunan tinggi menjulang berwarna hitam dan putih yang sangat menonjol, seaakan tak pernah goyah diterpa kencangnya angin. Light house yang masih berfungsi sekarang ini, dibangun antara tahun 1893-1895 menggantikan light house sebelumnya yang dianggap terlalu kecil.

Melihat ’Lighthouse’ di sana, tanpa sadar angan saya langsung melayang pada cerita seri ’Lima Sekawan’ alias ’Famous Five’-nya Enid Blyton yang kami (saya dan adik-adik) baca dulu. Saya jadi membayangkan petualangan George dan para sepupunya yang sembunyi di Lighthouse saat dikejar-kejar penjahat.
Saya ingat waktu kecil dulu, saya dan adik-adik sering sekali berdiskusi tentang serunya petualangan ’Lima Sekawan’ di tempat-tempat menarik di Inggris. Siapa yang menyangka, puluhan tahun kemudian saya bisa melihat langsung lukisan dan background cerita ’Lima Sekawan’?
Honestly, saat berada di Spurn saya sempat bergumam sedih, ’Susi dan Adi, Cutkak sudah melihat langsung setting cerita ’lima sekawan’, sayangnya kalian tak lagi punya waktu untuk mendengar cerita ini’.
Lha..koq ceritanya jadi sedih ?
Kembali ke Spurn. Menurut info dari petugas pendamping kami, Spurn sangat indah saat Spring. Berbagai bunga liar mekar warna-warni bak permadani cantik menutupi hampir semua hamparan terbuka di Spurn. Kebayang
indah sekali kak lily.. jadi dekat hull yah kak..kalo gitu ngak begitu jauh dari s'borough..
ReplyDeleteBetul Ning. Kalau nyetir sendiri...seru kalau datang saat spring
ReplyDelete