Menjawab pertanyaan beberapa
orang teman tentang rombongan haji yang saya ikuti dari Bangkok, berikut adalah
sekilas info yang saya rangkum dari perjalanan kami. Semoga bisa menjadi tambahan referensi Insya
Allah.
Setelah menunggu selama 6 tahun
(kami mendaftar haji pada tahun 2008), April lalu saya dan suami dikontak Bank
Mandiri Banda Aceh untuk segera melunaskan ONH karena Insya Allah kami berdua
dapat seat untuk melakukan haji tahun 2014 ini. Berhubung saat ini suami based-nya di
Bangkok, kami memutuskan untuk menunda keberangkatan dari Indonesia, dan
memilih alternatif berangkat dari Thailand, bergabung dengan jemaah haji
lainnya dari sini.
Seperti negara2 lainnya di dunia,
setiap tahun Thailand juga mengirimkan sejumlah jemaah untuk menunaikan ibadah
haji. Keberangkatan jemaah haji di sini
diurus oleh ‘travel agent’ tertentu yang memang sudah biasa menangani jemaah
haji dan umrah. Kita hanya perlu
mendaftar, membayar dan melengkapi persyaratan. Selebihnya semua diurus oleh
pihak agen. Mirip perjalanan haji dari Indoensia juga. Sebagai pemegang paspor
Indonesia yang mempunya visa tinggal di Thailand, kami juga ‘eligible’
mendaftar untuk ikut menunaikan ibadah haji dengan memakai quota Thailand ini.
Alternatif lain adalah ikut
mendaftar sebagai jemaah haji ‘luneg’, yaitu rombongan jemaah haji Indonesia di
luar negeri. Haji luneg ini dikelola
oleh sebuah koperasi yang di komandoi oleh local staff di konjen RI
Jeddah. Umumnya jemaah haji luneg adalah
diplomat Indonesia dari berbagai kedutaan atau konjen RI di berbagai negara dan/atau
keluarganya.
Jemaah haji luneg tidak mengambil
quota haji Indonesia. Sejauh ini tak ada
antrian untuk mendaftar haji, kita bisa mendaftar pada tahun yang sama dengan
tahun keberangkatan. Koperasi haji luneg
hanya mengatur jemaah haji sejak tiba di bandara Jeddah sampai mengantar
kembali ke bandara Jeddah usai ibadah haji.
Urusan tiket pulang pergi ke Jeddah dari negara dimana kita berada plus
visa haji harus diurus sendiri. Jadi
biaya haji yang kita setorkan ke koperasi tidak termasuk biaya tiket pesawat PP
dan visa.
Kami berdua memilih alternatif ke
dua ini, bergabung dengan beberapa staf KBRI lain yang juga ikut jemaah haji
luneg. Jemaah haji luneg dari Bangkok
rata2 adalah pemegang paspor diplomatik (paspor hitam), tapi ada juga pemegang
paspor biru yang bertugas sebagai staf rumah tangga di Wisma KBRI. Bahkan ada dua jemaah pemegang paspor hijau
yang tinggal di Bangkok juga ikut bergabung.
Aturan siapa saja WNI yang boleh bergabung dengan haji luneg mungkin
berbeda di setiap negara.
Tidak ada persiapan khusus
menjelang keberangkatan. Untuk manasik
awalnya kami hanya belajar sendiri dari buku2 penuntun dan atau youtube. Menjelang keberangkatan, Alhamdulillah
diselenggarakan teori dan praktik manasik haji di KBRI. Itu saja.
Sederhana namun sarat makna.
Tidak ada perlakuan istimewa bagi
jemaah haji luneg, meskipun di antara jemaah ada beberapa dubes Indonesia dari beberapa
Negara. Semuanya dianggap sama. Jemaah
haji luneg dari berbagai negara tiba dalam batas waktu yang sudah diberikan
panitia. Pihak panitia haji luneg
menyambut kami di bandara Jeddah setelah melewati proses imigrasi yang cukup
panjang. Dari bandara kami dibawa naik
bus menuju Mekah.
Di Mekah kami ditempatkan di
hotel sederhana (setara dengan hotel melati), bapak2 terpisah dari ibu2. Kamar kami ditempati enam orang ibu2 yang
kebetulan dari Bangkok semua. Demikian
juga Bapak2. Di hotel inilah kami
bertemu dengan jemaah haji luneg dari negara2 lain. Beberapa anggota kelompok Bangkok bertemu
dengan teman2 diplomat dari negara lain.
Jadinya seperti reuni gitu…
Hotel kami berjarak sekitar 800
meter dari Masjidil Haram, dengan lokasi yang cukup tinggi untuk didaki setiap
saat. Alhamdulillah jarak ini masih
cukup dekat untuk berjalan kaki ke Masjidil Haram untuk shalat fardhu. Saya bersyukur untuk ini, karena saya dengar
pemondokan jemaah haji Indonesia reguler ditempatkan di pemondokan yang
berjarak 2 sampai 7 km. Sehingga harus
bergantung pada bus shuttle yg jumlahnya terbatas dan taxi yang argonya tidak
jelas untuk menuju dan pulang dari Masjidil Haram. Bus dan taxi bahkan tidak berjalan lagi menjelang
wukuf sampai selesainya hari2 tasyrik.
Urusan makan selama di sana di-handle
sepenuhnya oelh panitia haji luneg.
Jangan membayangkan makanan mewah atau maknyus seperti di rumah, tapi
saya tidak complain untuk urusan satu ini.
Kalau lagi pengen makan yg beda, banyak resto atau food court seputar
masjidil haram yang menyediakannya.
Tinggal pilih aja. Harus bayar tentu saja.
Alhamdulillah untuk urusan
transport selama ibadah haji juga cukup memuaskan. Untuk bus menuju Arafah,
Musdalifah, Mina sampai ke Madinah dan kembali ke Jeddah, kelompok haji luneg sudah disiapkan bus
dengan nomor tetap. Setiap bus berisi
25-40 jemaah (tergantung ukuran bus), dengan total ada 5 bus untuk semua jemaah
haji luneg. Masing2 bus ditemani oleh
1-2 pemandu (mutawif) yang merupakan mhs. Indonesia yang sedang menuntut ilmu
di Mekah, Madinah atau Jeddah. Kehadiran
mereka sangat membantu kami dalam menjalankan ibadah terutama saat thawaf, sa’i
dan melempar jumrah.
Saat wukuf tenda kami berdekatan
dengan kelompok jemaah haji Indonesia lainnya (yg dari Indonesia) dalam maktab
116. Kehadiran tim kesehatan yang selalu
siaga juga sangat membantu. Mungkin
karena lelah dan kurang tidur, tekanan darah saya sempat naik cukup tinggi,
Alhamdulillah dapat obat segera untuk menurunkannya.
Sebagian besar waktu kami
dihabiskan di Mekah, yaitu sejak seminggu sebelum wukuf sampai usainya hari
tasyrik (14 Zulhijjah). Karena
singkatnya waktu perjalanan haji, kami hanya 3 hari berada di Madinah.
Otomatis, jemaah haji luneg tidak bisa melakukan ibadah sunnah shalat arba’in
(shalat fardhu 40 waktu) di Masjid Nabawi. Beberapa ulama masih berselisih
tentang keutamaaan shalat arba’in ini (salah satunya bisa dilihat di sini http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/menyorot-shalat-arbain-di-masjid-nabawi.html)
Waktu yang singkat ini, bagi saya
tidak mengurangi nilai ibadah haji itu sendiri.
Justru karena waktu yang sempit ini mendorong kami berdua untuk setiap
saat shalat fardhu di Masjidil Haram.
Sayang rasanya kalau hanya shalat di hotel sementara waktu perjalanan
haji kami cukup singkat dibandingkan jemaah haji Indonesia regular dari
Indonesia. Untuk bisa dapat tempat di dalam masjid saat
shalat shubuh, hampir setiap malam saya dan suami keluar hotel pukul 02.00
dinihari berjalan kaki menuju masjid, dan baru kembali ke hotel usai dhuha.
Sekali waktu bahkan harus keluar lebih cepat demi bisa merasakan thawaf dekat
ka’bah. Itupun sudah pakai acara
berdesak2an. Masjidil Haram memang tak
pernah sepi, jam berapapun kami ke sana.
Kadang saya harus skip salah satu
waktu shalat fardhu, antara Dhuhur dan Ashar, karena tidak sanggup berjalan
kembali ke Masjid saking panasnya cuaca yang mencapai 42 0C. Kalau kami Dhuhur di hotel, sorenya kami akan
tinggal di Masjid sejak Ashar sampai Isya.
Setiap malam paling saya hanya
tidur 3-an jam di kamar hotel. Saat di
Mina..kondisi saya mulai ambruk.
Akhirnya flu dan batuk menghampiri juga.
Oleh2 yang terbawa sampai kini di Bangkok hehehe.
Alhamdulillah saya dan suami bisa
menjalankan semua rukun dan wajib haji dengan baik, sesuai dengan yang
disyaratkan. Rasa syukur dan haru
menghampiri saya sejak akan berangkat sampai kini sesudah tiba kembali di
Bangkok. Bagi saya pengalaman berhaji
ini sungguh perjalanan ibadah yang tidak mudah, karena harus bertahan secara
fisik dan emosi. Kepasrahan diri pada
Allah saya tanamkan sejak awal. Niat
saya hanya untuk ibadah sebaik2nya.
Hanya Allah yang Maha Tahu, dan biarlah Allah yang menilai ibadah kita
apapun itu bentuknya.
Dengan segala kerendahan hati dan
niat baik,
Bangkok, 16 Oktober 2014. Lily.
Mba Liliy, syarat pengajuan visa luneg untuk WNI paspor hijau apa aja ya? apa betul perlu work permit dulu dan kartu ijin tinggal sementara? tks
ReplyDeleteAssalamualaikum
DeleteMbak lily mohon info bagaimana prosedur dan syarat buat pemegang paspor hijau mengikuti Haji Luneg. Biro mana yg bisa membantu proses tersebut. Tks
Assalamualaikum bu
ReplyDeleteMohon kesediaan ibu berbagi informasi yang lebih detail mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa menjalankan ibadah Haji seperti yang ibu lakukan, sehingga bisa lebih banyak lagi yang mendapatkan manfaatnya bu, terima kasih sebelumnya.
Hormat kami
Dita Himawan Sucipto
http://PDAagar.com
http://Mesinindo.com
Assalamualaikum, ibu pasport hijau mengikuti haji luneg apa prosedurnya
ReplyDelete