Saturday, June 23, 2007

'Hantu' Bangsa Indonesia

Mau cerita lagi tentang suami, ah.  Gak pa-pa kan, wong suami sendiri koq. Ini cerita seputar kegiatan suami selama kuliah di Leeds Uni.

 

Dua tahun terakhir ini, disela kesibukannya sebagai student, doi juga bekerja sebagai dosen Bahasa Indonesia untuk undergraduate student di Department of East Asian Studies (EAS), School of Modern Languages and Cultures.

 

Pekerjaan ini bermula ketika salah seorang staff Leeds Uni di School of Education, yang kebetulan dekat dengan komunitas Indonesia di Leeds, merekomendasikan suami saya pada Ian, dosen di jurusan EAS.  Ceritanya, saat itu Ian sedang mencari satu orang graduate student dari Indonesia yang bisa membantunya dalam mengajar.

 

Setelah wawancara non formal, jadilah suami saya masuk tim-nya Ian untuk mengajar  dengan judul mata kuliah: Indonesian Language and Culture, tingkat Basic dan Intermediate. Awalnya suami saya hanya diminta membantu Ian untuk praktek ‘conversation’ sehari-hari dalam Bahasa Indonesia, sedangkan mengenai teori tetap dipegang Ian sang koordinator.  Belakangan doi juga diminta untuk ikut mengajar bergantian dengan Ian.

 

Ian sendiri sebenarnya bukan ahli Bahasa Indonesia , tapi dia memang pernah belajar formal Bahasa Indonesia di Universitas Satyawacana Solo dan di School of Oriental and African Studies (SOAS), Univ of London.  Tujuan Ian belajar Bahasa Indonesia adalah untuk melancarkan penelitiannya tentang kehidupan masyarakat Bugis (Sulawesi Selatan) saat menyelesaikan PhD-nya di jurusan Antropologi beberapa tahun lalu.

 

Tak ada jurusan khusus seputar Indonesia di Leeds Uni.  Modul Bhs. Indonesia hanya diajarkan sebagai pilihan bagi student yang tertarik untuk mempelajarinya.  Kalau dilihat dari peminatnya, tak banyak student yang tertarik belajar modul ini, setiap semester jumlah mereka selalu di bawah 10 orang.  Walaupun demikian, banyak hal menarik yang didapat suami selama ikut mengajar Bahasa Indonesia ini. 

 

Suami saya pernah bertanya apa alasan para student ini belajar Bahasa Indonesia.  Jawaban mereka macam-macam.  Dua orang diantaranya menjawab karena mereka pernah tinggal di Indonesia.  Salah satu student yang berasal dari Norwich (masih UK juga) mengatakan bahwa waktu dia kecil dulu, orang tuanya pernah mengajar di Universitas Brawijaya.  Karena itu mereka sekeluarga pernah tinggal di Malang selama beberapa tahun. Dan sekarang dia ingin bernostalgia tentang hari-harinya dulu di sana, dengan belajar kembali Bahasa Indonesia.

 

Alasan nostalgia juga dikemukakan oleh seorang student yang berasal dari Polandia.   Keluarga mereka pernah tinggal di Jakarta, karena sang Ayah pernah menjadi diplomat Polandia untuk Indonesia. Dia sendiri sempat beberapa tahun sekolah di Jakarta International School (JIS).

 

Selain karena ingin bernostalgia, beberapa student lain justru mengatakan tak pernah tahu apapun tentang Indonesia, mereka belajar bahasa Indonesia karena berniat mencari pengalaman ke luar negeri usai sekolah, dan salah satu negara tujuan adalah Indonesia.

 

Apapun alasan mereka belajar Bahasa Indonesia, suami saya dibuat kagum..oleh kemampuan mereka dalam menyerap bahasa Indonesia.   Umumnya dalam satu semester saja, mereka sudah bisa bicara dengan oke  (Jadi ingat..saya sendiri yang butuh waktu setahun lebih, full time lagi, untuk belajar proper English dan lulus TOEFL).  Apa mungkin Bahasa Indonesia memang lebih mudah dipelajari ya..

 

Sebagai bagian dari kuliah, selain ujian, setiap student juga diwajibkan menulis tentang Indonesia sekitar 500 kata dengan topik yang ditentukan.  Semester lalu, suami saya meminta mereka menulis tentang ‘Perkembangan Politik di Indonesia’.  Ini adalah tugas yang dikerjakan di luar kelas, jadi mereka boleh mencari sendiri sumber bacaannya.

 

Salah seorang student menulis tentang perkembangan politik di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan Indonesia tahun 1945.  Dengan menarik dia menceritakan bagaimana perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan ketika terjadi agresi oleh tentara sekutu Belanda,  Amerika dan Inggris tahun 1947.  Sampai pada satu kalimat yang membingungkan suami.. (dan saya juga saat ditunjukkan). 

 

Si student tadi menuliskan kalimat seperti ini: ‘…….., meski diserang bertubi-tubi oleh tentara sekutu, namun para hantu bangsa Indonesia tetap menyala untuk mempertahankan kemerdekaan RI’.

 

Saya memandang suami dengan bingung. ‘Para hantu Bangsa Indonesia ? Apa maksudnya ?’  Tanya Saya.

 

Sambil tersenyum suami saya malah bertanya kembali.  ‘Ayo coba pikir.., tahu nggak apa maksudnya ?’ . 

 

‘Bayangkan kalau kita harus nulis dalam Bahasa Inggris.., saat ada kata yang kita tak tahu bahasa Inggrisnya apa, dimana kita akan lihat ?’ 

 

‘Di kamus’, jawab saya cepat.  ‘Nah, begitu juga..dia’, lanjut suami saya.   So…?

 

Sesaat kemudian saya baru nyambung, si student tadi berusaha menerjemahkan kalimat dalam pikirannya yang kira-kira begini: ‘…, the spirits of Indonesian people…, bla..bla…’.  Si student kesulitan menerjemahkan apa artinya spirits dalam bahasa Indonesia, lalu dia lihat kamus Inggris-Indonesia. 

 

Saya cek kamus Inggris-Indonesia Hassan Shadily, pada entry spirit  tertulis artinya : roh, jiwa; semangat; hantu, dll.   ‘Ha..ha..’, saya tertawa baru mengerti, rupanya si student salah memilih arti..,dia pilih kata hantu, padahal seharusnya dia pilih kata semangat untuk meng-artikan  kata spirit  dalam kalimatnya.

 

Terlepas dari hal-hal kecil seperti itu, secara umum mereka menulis dengan tata bahasa yang sangat bagus, nggak kalah sama mahasiswa kita di Indonesia.

 

Tahun ini, suami saya kembali mengajar ‘Intermediate Indonesia Language and Culture’.  Kuliah sudah usai, dan ujian sudah berlangsung dua minggu lalu.  Kemarin doi ke kampus untuk mengambil kertas ujian mereka. Saya ikut melihat hasil kerja mereka.

 

 Pada bagian pertama soal, mereka diminta untuk menerjemahkan beberapa topik cerita dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Pada bagian ke dua mereka diminta menulis sejumlah 600-800 kata dengan topik berikut (pilih salah satu):

 

            (a)  Transmigrasi sebagai jawaban untuk masalah populasi di Indonesia.

            (b)  Sistem perkawinan di beberapa masyarakat di Indonesia

            (c)  Lubang buaya dan penegakan ORBA

            (d)  Menanggulangi masalah pendidikan di Indonesia

            (e)  Agama di Indonesia

 

Setelah membaca topik diberikan..dalam hati saya berkomentar: ‘Topiknya berat amat, saya  yang ngomongnya bahasa Indonesia terus.., akan butuh waktu lama untuk bisa menulis dengan topik di atas’.  

 

Intinya mereka harus punya background membaca yang lumayan banyak untuk bisa menulis salah satu topik tersebut.  Dan itu harus dilakukan sebelum mereka masuk ke dalam ruang ujian.  ‘No dictionaries and any background readings are allowed to be brought in, while exams in progress..’. 

 

Nah.., nggak gampang kan ?

 

 

Leeds, 11 Juni 2007

 

 

 

 

36 comments:

  1. ♥philip masih belom terlalu fasih bahasa Indonesia nya kak lily, karena saya juga jarang ngomong Indonesia dng dia.. dan kalaupun dia tau kata2 bahasa Indonesia, itu juga dari para tetangga dan anak2 semasa di pdg yg selalu pake B.indonesia ama dia... mungkin kalau dia ikut proper course kayak gini mungkin juga gampang kali dia bisa nya yah..♥

    ReplyDelete
  2. Bisa jadi Ning. Karena sepertinya studentnya suami saya satu semester sudah bisa bicara tentang dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

    ReplyDelete
  3. wah mbak lily..kebetulan banget ya diantara arti kata di dalam kamus, yang dipilih lha kog si hantu :)

    baca artikel mbak lily saya jadi semangat, karena ada lagu satu nusa satu bangsa nya....:), saya cinta bahasa indonesia.....

    ReplyDelete
  4. mbak, replynya agak gak nyambung sama konteksnya nih, saya mau bilang terima kasih atas asam suntinya :)

    ReplyDelete
  5. Waduh mbak...aku malah bingung ama anakku yang paling kecil...susah kalo diajak ngomong bahasa Indonesia.....bingung!!!!!

    ReplyDelete
  6. eh saya jadi bolbal nengok halaman ini mbak gara2 lagunya :)
    tfs mbak lily

    ReplyDelete
  7. heheheehhehehehhee,,,,, ka Lily lucu banget yach pas bacanya

    ReplyDelete
  8. Iya..mbak Nur. Kobarkan terus semangat...itu juga yang saya tanamkan dalam hati saya selalu

    ReplyDelete
  9. Sama-sama Myr. Mudah-mudahan bermanfaat

    ReplyDelete
  10. Anak-anak memang cepat sekali menyerap bahasa baru. Tapi jangan menyerah mb Yusy, keep talking in Bahasa Indonesia. Paling tidak dia tetap ngerti secara pasif.

    ReplyDelete
  11. he..he..jadi ingat masa sekolah dulu ya... Kalau upacara Senin ada acara lagu wajibnya. Satu Nusa Satu Bangsa salah satunya. Btw, waktu Myra SMP at SMA masih ada upacara setiap Senin ?

    ReplyDelete
  12. Saya juga ngakak terus pas ngerti maksudnya..(Mungkin begitu juga native speaker in English saat baca tulisan kita ya...)

    ReplyDelete
  13. Istri saya tinggak di jogja 10 boleh bicara dan tulis dalam indonesia, saya sendiri gak pandai berbahasa indonesia, pandai cuma malay, malaysia boleh................

    ReplyDelete
  14. Istri saya pernah tinggal 10 bulan di jogja boleh bicara dan tulis, saat penelitian Sosial Antropologi beberapa tahun lalu....Bahkan boleh jadi jurubahasa Indonesia - norsk. untuk saat ini belum ada kamus indonesia- norsk

    ReplyDelete
  15. Anak ku sampai sekarang bisa berbicara aceh dengan ku, dan berbicara norsk dengan ibu nya, Dan dia lahir di norway tidak ada masalah apapun dalam berbicara, anak anak boleh belajar bahasa dalam sekaligus menurut saya....munkin yusys aja yang tidak mementingkan bahasa bunda, kerena kalau anak pandai berbicara bahasa org lain ibu nya jadi bangga. Kemana kita pergi bahasa ibu jangan di buang dong.. Sayang sampai sekarang tidak mengerti kenapa kebanyakan org di indonesia malu berbahasa bunda....Norway salah satu negara yang mecintai bahsa nya sendiri, siapa saja yang mau tinggal di norway harus belajar bahasa nya.

    ReplyDelete
  16. Wah..boleh..juga nih dimulai. Kamus Indonesia-Norsk. Salam kenal juga untuk isterinya

    ReplyDelete
  17. Menurut saya..masih banyak ..yang tetap bangga dengan bahasa Indonesia. Saya sendiri rasanya cape.dan 'terkilir lidah' kalau harus berbahasa Inggris terus. Paling enak pake bhs Indonesia.., apalagi bhs Aceh..baru klop (he..he..). Anak bungsu saya (9.5 th) sekarang juga lebih sering berbahasa Inggris dengan Abang dan kakak-nya. Tapi saya dan suami tetap berbahasa Indonesia dengan mereka. Insya Allah kalau pulang nanti..mereka tetap bisa berbahasa Indonesia. So.., jangan kuatir mb Yusy...

    ReplyDelete
  18. he..he..emang baru kenal sama lagunya ? Apa kabar Ema ?

    ReplyDelete
  19. hehe udah lama malah gak dengar lagu ini bu lily..alhamdulillah ema baek2 bu lily..besok mo berangkat pelatihan pekerti satu minggu di luar kota (bu lily pasti tau pelatihan pekerti itu apa yah hehe..secara gitu loh :) bu lily kapan pulang ke indo ??

    ReplyDelete
  20. Pelatihan pekerti ? Wah..perlu bawa sesuatu untuk mengalihkan kebosanan. Walah koq saya malah ngajarin yang gak bener nih... Kami segera pulang begitu suami selesai sekolahnya. Doain ya..

    ReplyDelete
  21. iya bu lily..pekerti hehe wah bertambah satu lagi orang yang bilang kalo pelatihan ini membosankan. Amiiin Sukses selalu untuk bu lily dan pak Yun sekeluarga trus cepat pulang untuk kembali mengajar dikampus tercinta!!

    ReplyDelete
  22. Amin. Mudah-mudahan nanti kita bisa ketemu lagi ya..

    ReplyDelete
  23. Amiiin..semoga bu lily..kita ketemu lagi..salam kangen selalu dari jauh :)

    ReplyDelete
  24. hehe..emang paling gampang ko salah ngartiin kata,palagi kalo liat dr kamus arti satu kata bisa banyak gitu...
    bahasa indo kayanya emang gampang di serap,banyak tuh turis aussie di bali 3-6 bulan aja udah lancar banget ngomong indo komplit dengan slang-nya..

    ReplyDelete
  25. Bisa-bisa ngalahin kita ya..mb temmy (he..he..)

    ReplyDelete
  26. Topiknya susah amat ya..Saya aja merasa susah kalo disuruh nulis yang kaya gitu..:-P. Hehehe..dari dulu paling males pelajaran mengarang..

    ReplyDelete
  27. Iya..tuh, menurut saya topiknya memang susah. Yang bikin soal sih..sang koordinator, jadi asistennya gak boleh protes. Giliran kasih nilai..mana pelit amat tuh dia. Padahal suamiku sudah kasih nilai 70-an. Eh, si Ian-nya bilang: 'Koq kamu kasih nilai tinggi amat ?'

    ReplyDelete
  28. GUBRAK!!!
    siapa yang kasih soal ini Kak? kejam amat... syusyah!

    btw serkan mau dong diajarin sama suaminya kak Lily, soalnya gurunya yang ini enggak sabaran :-p

    ReplyDelete
  29. hayo..bisa gak nulis tentang salah satu topik tersebut tanpa pusyinggg kepala.., Si Ian..sang koordinator emang susah banget kalau kasih soal, mana pelit nilai lagi. serkan mau belajar ke Leeds..? Dengan senang hati saya akan maksa suami untuk diterimaa....(terus saya mau lamar jadi asistennya.., biar bisa ketemu serkan..he...he..). Btw, sudah balik ke NZ nih..Yuana ?

    ReplyDelete