January 2006
Pertengahan Desember lalu, saya pulang ke Banda Aceh selama 2 minggu, memanfaatkan waktu libur akhir tahun disela jadwal kuliah yang sangat padat. Kepulangan saya kali ini semata untuk mendampingi adik saya satu-satunya menata hidupnya kembali, sekaligus mengenang kejadian setahun lalu. Alhamdulillah, adik saya telah menemukan jodohnya kembali.
Perjalanan saya kali ini tidak gampang, waktu saya lebih banyak habis di jalan dan hanya 6 hari sempat di Banda Aceh. Ceritanya, adik saya menikah di Tapak Tuan, ibu kota Kab Aceh Selatan. Dulunya dibutuhkan waktu sekitar 10 jam naik bus dari Banda Aceh menyusuri pantai barat Aceh untuk menuju ke sana. Sekarang, jalan-jalan di pantai barat sampai kota Lamno telah hilang dihempas tsunami. Untuk menuju ke sana kita bisa menyusuri pantai timur sampai di Geumpang (Kab. Pidie), kemudian membelah P. Sumatera menuju Meulaboh (Kab. Aceh Barat), baru melewati jalan biasa ke Tapak Tuan. Tapi, saya dingatkan untuk tidak mengambil resiko, karena kalau hujan jalan pintas di Geumpang bisa sangat jelek.
Lantas bagaimana saya harus ke Tapak Tuan ? Dua kali seminggu ada pesawat SMAC kecil berbenumpang 16 orang terbang dari Banda Aceh ke sana. Aduh..nggak berani, soalnya pesawatnya terbang rendah.... Akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke Tapak Tuan melalui Medan. Apa boleh buat, harus menyebrang Provinsi lain dulu. Dari Medan kami butuh waktu lebih 12 jam sampai ke Tapak Tuan, plus 4 jam salah jalan hampir tiba ke Kutacane (Ibu kota Kab. Aceh Tenggara).
Sungguh perjalanan yang penuh tantangan dan melelahkan. Walaupun demikian, saya gembira melihat adik saya begitu senang bertemu saya lagi. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar.
Berikut saya tuliskan gambaran hati saya dalam perjalanan pulang saya kali ini. Sekali lagi tulisan ini adalah ungkapan rasa hati saya, karena itu bisa jadi sangat pribadi sifatnya. Mohon maaf bila kurang berkenan.
Leeds, 9 Januari 2006
Dengan segala kerendahan hati,
Lily
Doa dan rindu: untukmu Ayah-Ibu
Rinduku
Terasa dalam menghujam kalbu
Dukaku
Tak juga mau berlalu
Ayah Ibu
Suaramu masih terngiang di telingaku
Doamu masih menggenggam erat hatiku
Mengiringi setiap langkah hidupku
Tuhanku,
Ampuni dosa ayah ibuku
Sayangi mereka selalu
Seperti mereka menyayangiku dulu
Tuhanku,
Ampuni dosa semua saudaraku
Mereka yang kembali menghadap-Mu
pada hari Ahad setahun lalu
Tuhanku,
Ampuni ketidak-mampuanku
Melupakan kelabunya hari itu
Menghapus lara di dalam kalbu
Tuhanku,
Kuatkan hati dan juga jiwaku
Untuk menatap hari depanku
Untuk membimbing anak-anakku
Untuk mendampingi suamiku
Untuk menemani satu-satunya adikku
Leeds, awal Desember 2005
Ketika rindu begitu menggebu…
Doa dan cinta : untukmu adinda
Adikku,
Kita pernah memiliki hidup yang sangat indah
orang tua yang penuh cinta,
adik-adik yang membanggakan,
keluarga yang penuh rasa kasih
Adikku,
Tuhan memberi kita cobaan maha berat
Dia telah memanggil kembali semua milik-Nya
betapa dalamnya duka kita,
betapa berdarahnya hati kita.
Adikku,
bagimu, kepedihan bahkan tak terperi
dalam sekejap mereka semua telah pergi,
isteri,
anak-anak,
ayah-ibu,
adik-adik….
Hati terasa terbelah
jiwa terasa amat goyah
Sementara nun di seberang benua,
satu-satunnya saudaramu yang tersisa
tak punya sayap untuk terbang menemani
berbagi saat berat ketika evakuasi
Dan ketika aku pulang menjumpaimu,
dengan tatapan kosong engkau bertanya:
‘Cutkak, darimana Ais harus memulai hidup lagi ?’
Tak ada kata yang keluar dari mulutku,
aku hanya mampu menatap wajahmu,
menerawang menembus masa lalu…
Adikku,
kini setahun telah berlalu
kembali kuseberangi benua
untuk datang mendampingi
Tuhan telah memberimu jalan
untuk kembali tegak berdiri
Tuhan telah memberimu teman
berbagi hari dan rasa hati…
Adikku,
rasa sejuk mengalir di hati
melihatmu tersenyum lagi
mengurangi duka yang belum beranjak pergi
Adikku,
hari-hari yang pernah kita miliki,
takkan mungkin datang kembali.
Masa lalu kita,
kini hanya tinggal di dalam hati
bahagia yang pernah kita jalani,
ternyata juga milik Yang Maha Kuasa
Namun, aku tetap percaya
Tuhan akan menolong kita,
selama kita selalu berusaha
menolong diri kita sendiri
Adikku,
mari genggam erat tanganku
bersama kita ayunkan langkah
berharap masa depan yang lebih cerah…
Adikku,
dengan penuh tekad dan usaha
bersama kita panjatkan doa..
semoga Allah memberi kita
sisa usia penuh mulia…..
Tapak Tuan, 17 Desember 2005
Dengan doa dan cinta,
mengiringi pernikahan adinda Abdul Haris
Doa dan Rindu: untuk mereka yang telah tiada
Hari ini
untuk kesekian kali di tahun ini
kukunjungi lagi pusaramu
tak ada rangkaian bunga untukmu
tak ada kata terucap di bibirku
hanya ada segunung rindu
Duhai
betapa cepat waktu berlalu
seakan semua masih bersatu
terngiang seruan gembiramu di udara
‘Tadi Titi sudah viva, Kak. Alhamdulillah Titi lulus’
terngiang ucapanmu ketika mengantarkanku di bandara
‘Cutkak, Adi buatkan cuplikan foto hari-hari kita dulu,
untuk dipandang bila sedang rindu’
terngiang tanyamu penuh rasa sayang
‘Bagaimana anak-anak, Kak ? Betahkah mereka ? Lisa jadi ingin ke sana juga ’
dan ketika dengan penuh bangga engkau berkata
‘Nyakwa, Izzan ngaji sudah halaman dua puluh tujuh.’
‘Sebentar lagi mau EBTA’
Duhai,
Adinda Susy, Adi, dan Lisa,
juga ananda Izzan dan Rizqi
Disinilah engkau semua terbaring,
tak sempat aku mengantarmu
tak sempat aku berucap sampai bertemu..
Lembaran hidupmu sudah berlalu
meninggalkanku yang masih terpaku
menatap pusara yang diam membeku
menata hati yang begitu pilu
Meski dunia memisahkan kita
kutahu selalu ada cinta
mengalir di antara kita
bahkan setelah engkau tiada
Masih kuterima bingkisan bahagia
yang kau kirimkan dari Malaysia
masih kuterima pesan berita
Banda Aceh baru diguncang gempa
Kutebar doa kupanjatkan harap
Semoga Allah memberimu tempat
disisi-Nya senantiasa
Semoga Allah menjadikanmu mulia
sebagai syuhada pengisi surga
Hari ini,
demi rasa cntaku padamu
kuusir duka dari sukmaku
kukuatkan hati untuk berseru
‘tak tsunami mematikan semangatku’
Banda Aceh, 20 Desember 2005
Doa dan cinta selalu mengalir untukmu semua
Kunjunganku
Tanah luas terbentang rata
begitu sederhana
tak ada yang istimewa
hanya ada sedikit beda
mulai ada pelataran bunga
Disinilah tempat mereka
Ada berpuluh ribu jiwa
dikuburkan secara bersama
mereka yang pergi meninggalkan raga
Tak ada beda pria dan wanita
tak ada beda anak dan dewasa
tak ada beda pangkat dan harta
semua berkumpul di liang yang sama
Assalamualaikum ya ahli kubur..
Rasa hati sungguh tak terukur
memandang tanah yang terlihat subur
Kutundukkan wajah dengan terpekur
kukirim doa sepanjang umur
Terlihat olehku papan putih
bertuliskan tanda tempat terpilih
ada empat puluh enam ribu lebih
mereka yang terbaring tumpang tindih
tanpa punya waktu untuk memilih
Bergema lagi satu tanya
yang selalu hadir di dalam sukma
adakah engkau Ayah dan Bunda
ikut terbaring di sini jua ?
Tanyaku terlempar ke udara
tanpa pernah tahu jawabnya
dimanapun ragamu Ayah-Bunda
semoga Allah selalu menjaga
Semoga engkau Ayah dan Bunda
menjadi syuhada pengisi surga
Lambaro, Banda Aceh, 21 Desember 2005
Kuburan massal, tempat mereka berbagi kubur
Mengenang pagi di rumah cinta
Tepat setahun rentang masa
sejak gelombang besar mengubah kota
sejak kapal laut menghantam kp mulia
Kutelusuri reruntuhan rumah kita
kutapaki lantai rumah cinta
istana masa lalu kita sekeluarga
Terduduk aku termangu di sini
kucoba untuk kuatkan hati
membayangkan kegiatan ahad pagi
ketika gempa hebat mengguncang bumi
ketika air laut menghempas tinggi
Apakah engkau sedang menyiram tanaman, Ayah ?
Apakah engkau sedang mengagumi anggrek, Ibu ?
Apakah engkau sedang menyapu rumah, Susy ?
Apakah engkau sedang menyiapkan sarapan, Adi ?
Apakah engkau sedang sibuk dengan anak-anak, Lisa ?
Semua tanya hanya bergema
di dinding hati di ruang sukma
tak ada jawaban yang menyapa
karena mereka semua telah tiada
Di sini
di lantai rumah ruang keluarga
kutemukan secarik nota
bertanda tangan ayah tercinta
Disini,
di lantai rumah ruang keluarga
terbayang kembali hari hari kita
duka, tawa dan bahagia
takkan hilang ditelan masa
Ingin kubangun kembali
rumah cinta di tanah ini
tempat kami berkumpul lagi
bila rindu datang di hati
bila tiba idul fitri….
Banda Aceh, 26 Desember 2005
Mengenang pagi mereka setahun lalu
Semoga Allah SWT, menerima amal ibadah mereka Kak ...
ReplyDeleteAmin. Trims ya..Win
ReplyDelete