Tuesday, March 6, 2007

Catatan satu tahun: akankan luka hati pulih kembali ?

January 2006

 

Pertengahan Desember lalu, saya pulang ke Banda Aceh selama 2 minggu, memanfaatkan waktu libur akhir tahun disela jadwal kuliah yang sangat padat.  Kepulangan saya kali ini semata untuk mendampingi adik saya satu-satunya menata hidupnya kembali, sekaligus mengenang kejadian setahun lalu.  Alhamdulillah, adik saya telah menemukan jodohnya kembali.

 

Perjalanan saya kali ini tidak gampang, waktu saya lebih banyak habis di jalan dan hanya 6 hari sempat di Banda Aceh.  Ceritanya, adik saya menikah di Tapak Tuan, ibu kota Kab Aceh Selatan.  Dulunya dibutuhkan waktu sekitar 10 jam naik bus dari Banda Aceh menyusuri pantai barat Aceh untuk menuju ke sana.  Sekarang, jalan-jalan di pantai barat sampai kota Lamno telah hilang dihempas tsunami.  Untuk menuju ke sana kita bisa menyusuri pantai timur sampai di Geumpang (Kab. Pidie), kemudian membelah P. Sumatera menuju Meulaboh (Kab. Aceh Barat), baru melewati jalan biasa ke Tapak Tuan.  Tapi, saya dingatkan untuk tidak mengambil resiko, karena kalau hujan jalan pintas di Geumpang bisa sangat jelek. 

 

Lantas bagaimana saya harus ke Tapak Tuan ? Dua kali seminggu ada pesawat SMAC kecil berbenumpang 16 orang terbang dari Banda Aceh ke sana.  Aduh..nggak berani, soalnya pesawatnya terbang rendah....  Akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke Tapak Tuan melalui Medan.  Apa boleh buat, harus menyebrang Provinsi lain dulu.  Dari Medan kami butuh waktu lebih 12 jam sampai ke Tapak Tuan, plus 4 jam salah jalan hampir tiba ke Kutacane (Ibu kota Kab. Aceh Tenggara).

 

Sungguh perjalanan yang penuh tantangan dan melelahkan.  Walaupun demikian, saya gembira melihat adik saya begitu senang bertemu saya lagi.  Alhamdulillah semuanya berjalan lancar.

 

Berikut saya tuliskan gambaran hati saya dalam perjalanan pulang saya kali ini.  Sekali lagi tulisan ini adalah ungkapan rasa hati saya, karena itu bisa jadi sangat pribadi sifatnya.  Mohon maaf bila kurang berkenan.

 

Leeds, 9 Januari 2006

Dengan segala kerendahan hati,

Lily

 

 

 


Doa dan rindu:  untukmu Ayah-Ibu

 

Rinduku

Terasa dalam menghujam kalbu

Dukaku

Tak juga mau berlalu

 

Ayah Ibu

Suaramu masih terngiang di telingaku

Doamu masih menggenggam erat hatiku

Mengiringi setiap langkah hidupku

 

Tuhanku,

Ampuni dosa ayah ibuku

Sayangi mereka selalu

Seperti mereka menyayangiku dulu

 

Tuhanku,

Ampuni dosa semua saudaraku

Mereka yang kembali menghadap-Mu

pada hari Ahad setahun lalu

 

Tuhanku,

Ampuni ketidak-mampuanku

Melupakan  kelabunya hari itu

Menghapus lara di dalam kalbu

 

Tuhanku,

Kuatkan  hati dan juga jiwaku

Untuk menatap  hari  depanku

Untuk membimbing anak-anakku

Untuk mendampingi suamiku

Untuk menemani satu-satunya adikku

 

  

Leeds, awal Desember 2005

Ketika rindu begitu menggebu…

 

 

 

 

Doa dan cinta : untukmu adinda

 

Adikku,

Kita pernah memiliki hidup yang sangat indah

orang tua yang penuh cinta,

adik-adik yang membanggakan,

keluarga yang penuh rasa kasih

 

Adikku,

Tuhan memberi kita cobaan maha berat

Dia telah memanggil kembali semua milik-Nya

betapa dalamnya duka kita,

betapa berdarahnya hati kita.

 

Adikku,

bagimu, kepedihan  bahkan tak terperi

dalam sekejap mereka semua telah pergi,

isteri,

anak-anak,

ayah-ibu,

adik-adik….

Hati terasa terbelah

jiwa terasa amat goyah

 

Sementara nun di seberang benua,

satu-satunnya saudaramu yang tersisa

tak punya sayap untuk terbang menemani

berbagi saat berat ketika evakuasi

 

Dan ketika aku pulang  menjumpaimu,

dengan tatapan kosong engkau bertanya:

‘Cutkak, darimana Ais harus memulai hidup lagi ?’

Tak ada kata yang keluar dari mulutku,

aku hanya mampu menatap wajahmu,

menerawang menembus masa lalu…

 

Adikku,

kini  setahun telah berlalu

kembali kuseberangi benua

untuk datang mendampingi

Tuhan telah memberimu jalan

 untuk kembali tegak berdiri

Tuhan telah memberimu teman

  berbagi hari dan rasa hati…

 

Adikku,

rasa sejuk mengalir di hati

melihatmu tersenyum lagi

mengurangi duka yang belum beranjak pergi

  

Adikku,

hari-hari yang pernah kita miliki,

takkan mungkin datang  kembali.

Masa lalu kita,

kini hanya tinggal di dalam hati

bahagia yang pernah kita jalani,

ternyata juga milik Yang Maha Kuasa

Namun, aku tetap percaya

Tuhan akan  menolong kita,

selama kita selalu berusaha

menolong diri kita sendiri

 

Adikku,

mari genggam erat  tanganku

bersama kita ayunkan langkah

berharap masa depan yang lebih cerah…

 

Adikku,

dengan penuh tekad dan usaha

bersama kita panjatkan doa..

semoga Allah memberi kita

sisa usia penuh mulia…..

 

 

 

Tapak Tuan, 17 Desember 2005

Dengan doa dan cinta,

mengiringi pernikahan adinda Abdul Haris

 

 

 

 

Doa dan Rindu: untuk mereka yang telah tiada

 

 Hari ini

untuk kesekian kali di tahun ini

kukunjungi lagi pusaramu

tak ada rangkaian bunga untukmu

tak ada kata terucap di bibirku

hanya ada segunung rindu

 

Duhai

betapa  cepat waktu berlalu

seakan semua masih bersatu

 

terngiang seruan gembiramu di udara

‘Tadi Titi sudah viva, Kak.  Alhamdulillah Titi lulus’

 

terngiang ucapanmu ketika mengantarkanku di bandara

‘Cutkak, Adi buatkan cuplikan foto hari-hari kita dulu,

 untuk dipandang bila sedang rindu’

 

terngiang tanyamu penuh rasa sayang

‘Bagaimana anak-anak, Kak ?  Betahkah mereka ? Lisa jadi ingin ke sana juga ’

 

dan ketika dengan penuh bangga engkau berkata

‘Nyakwa, Izzan ngaji sudah halaman dua puluh tujuh.’  

‘Sebentar lagi mau EBTA’

 

Duhai,

Adinda Susy, Adi, dan Lisa,

juga ananda Izzan dan Rizqi

Disinilah engkau semua terbaring,

tak sempat aku mengantarmu

tak sempat  aku berucap sampai bertemu..

 

Lembaran hidupmu sudah berlalu

meninggalkanku yang masih terpaku

menatap pusara yang diam membeku

menata hati yang begitu pilu

 

Meski dunia memisahkan kita

kutahu selalu ada cinta

mengalir di antara kita

bahkan setelah engkau tiada

 

Masih kuterima bingkisan bahagia

yang kau kirimkan dari Malaysia

masih kuterima pesan berita

Banda Aceh baru diguncang gempa

 

Kutebar doa kupanjatkan harap

Semoga Allah memberimu tempat

disisi-Nya senantiasa

Semoga Allah menjadikanmu mulia

sebagai syuhada pengisi surga

 

Hari ini,

demi rasa cntaku padamu

kuusir duka dari sukmaku

kukuatkan hati untuk berseru

‘tak tsunami mematikan semangatku’

 

 

 Banda Aceh, 20 Desember 2005

Doa dan cinta selalu mengalir untukmu semua

 

 

 

Kunjunganku

 

Tanah luas terbentang rata

begitu sederhana

tak ada yang istimewa

hanya ada sedikit beda

mulai ada pelataran bunga

 

Disinilah tempat mereka

Ada berpuluh ribu jiwa

dikuburkan secara bersama

mereka yang pergi meninggalkan raga

 

Tak ada beda pria dan wanita

tak ada beda anak dan dewasa

tak ada beda pangkat dan harta

semua berkumpul di liang yang sama

 

Assalamualaikum ya ahli kubur..

Rasa hati sungguh tak terukur

memandang tanah yang terlihat subur

Kutundukkan wajah dengan terpekur

kukirim doa sepanjang umur

 

Terlihat olehku papan putih

bertuliskan tanda tempat terpilih

ada empat puluh enam ribu lebih

mereka yang terbaring tumpang tindih

tanpa punya waktu untuk memilih

 

Bergema lagi satu tanya

yang selalu hadir di dalam sukma

adakah engkau Ayah dan Bunda

ikut terbaring di sini jua ?

 

Tanyaku terlempar ke udara

tanpa pernah tahu jawabnya

dimanapun ragamu Ayah-Bunda

semoga Allah selalu menjaga

 

Semoga  engkau Ayah dan Bunda

menjadi syuhada pengisi surga

 

 

Lambaro, Banda Aceh, 21 Desember 2005

Kuburan massal, tempat mereka berbagi kubur

 

 

 

Mengenang pagi di rumah cinta

 

Tepat setahun rentang masa

sejak gelombang besar mengubah kota

sejak kapal laut menghantam kp mulia

 

Kutelusuri reruntuhan rumah kita

kutapaki lantai rumah cinta

istana masa lalu kita sekeluarga

 

Terduduk aku termangu di sini

kucoba untuk kuatkan hati

membayangkan kegiatan ahad pagi

ketika gempa hebat mengguncang bumi

ketika air laut menghempas tinggi

 

Apakah engkau  sedang menyiram tanaman, Ayah ?

Apakah engkau sedang mengagumi anggrek, Ibu ?

Apakah engkau sedang menyapu rumah, Susy ?

Apakah engkau sedang menyiapkan sarapan, Adi ?

Apakah engkau sedang sibuk dengan anak-anak, Lisa ?

 

Semua tanya hanya bergema

di dinding hati di ruang sukma

tak ada jawaban yang menyapa

karena mereka semua telah tiada

 

Di sini

di lantai rumah ruang keluarga

 kutemukan secarik nota

bertanda tangan ayah tercinta

Disini,

di lantai rumah ruang keluarga

terbayang kembali hari hari kita

duka, tawa dan bahagia

 takkan hilang ditelan masa

 

Ingin kubangun kembali

rumah cinta di tanah ini

tempat kami berkumpul lagi

bila rindu datang di hati

bila  tiba idul fitri….

 

 

Banda Aceh, 26 Desember 2005

Mengenang pagi mereka setahun lalu

 

 

2 comments: